Kamis, 12 Agustus 2010

int'l relate

Setiap mahasiswa jurusan Hubungan Internasional pasti memiliki tujuan masing-masing memilih jurusan ini. Meskipun kebanyakan alasannya ‘pengen jadi diplomat’, tapi aku yakin masih banyak alasan ‘ajaib’ lainnya yang mengakibatkan mereka berada satu sejawat denganku. Misalnya, ngga usah jauh2 deh, aku pilih ini karena kepengen bisa keluar negeri/menetap sementara di luar negri secara gratis. Hahahaha, aku langsung tertawa begitu mengetahui bagian dalam/substansi HI yang sebenarnya.


Well, bukan tergolong jurusan yang mudah apabila kamu tidak menyukai tantangan. Karena disini banyak sekali tantangannya. Haha dari mulai mata kuliah yang berhamburan (multidisipliner), kamu akan mempelajari mulai dari Politik, sejarah, sosiologi, ppkn, ekonomi, dan yang pasti ilmu HI itu sendiri. Terus dari bahan bacaan (HI) yang full-English, sampai dengan praktik diplomasi dan lobi yang pasti akan lebih mudah kamu lakukan apabila kamu orang yang interaktif.

Sedangkan aku bukanlah berasal dari jurusan IPS, jadi tidak banyak yang kuketahui mengenai ‘basiknya’ HI. No worries, setahu saja ilmu sosial dan ilmu politik itu bukan sesuatu yang rumit kok kalau kita punya kemauan dan semangat juang yang tinggi. Buktinya saja aku bisa meraih hasil yang lumayan (yah, meski kurang memuaskan). Yang jelas, aku baru sadar satu hal dari perkuliahan: bukan hasil yang menentukan kesuksesanmu, tetapi jalanmu menuju kesana. Apalagi yang namanya kampus itu lebih ‘gue-lo’ dibanding sekolah. Dan dua semester yang aku lalui, telah memberikan pelajaran yang begitu berharga.
Oh iya, satu hal lagi yang harus kalian ketahui, bahwa jurusan ini (menurutku) merupakan sebuah pembuktian alamiah dari ayat-ayat suci Al-Qur’an. Secara tidak langsung, terbukti dalam sejarah dunia internasional mengenai apa yang pernah dicatat Al-Qur’an. Teori yang ada juga secara tidak langsung menjawab fenomena terbaru dalam dunia internasional. Yang sedang aku pelajari adalah mengenai keberadaan MLM yang menjamur akibat sebuah cara baru agar praktik kapitalisme masih dapat diterima oleh para ‘buruh’. Itu baru satu dari sekian hal-hal yang dulunya nggak begitu aku peduliin. Hehe tapi itu lah baiknya belajar, suatu hal yang terbiasa kita terima begitu saja sesungguhnya merupakan pertanda yang serius dan penting untuk diketahui. Itulah bahayanya ketika daya kritis kita dilemahkan perlahan..

Oke, stop sampai disini dulu khotbah sotoynya..
Lain kali disambung lagi, apabila ada sumur yang kosong untuk menumpang mandi
see yaaaw

Tidak ada komentar: